Kisah Indah Tentang Kitab Ar-Raddul Waafir | Pembelaan terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Kisah ini adalah kisah yang indah dan menarik. Namun, sebelum mendengar kisah ini, mari kita simak potongan video dari Dr. Yusri Jabr, yang mengkritik Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Menurutnya, Ibnu Taimiyah bukan Syaikhul Islam, tetapi Syaikh kesesatan. Ia menuduh bahwa Ibnu Taimiyah telah menyesatkan banyak orang, menjadi imam bagi semua ahli bid'ah di setiap zaman.
Jika seseorang menghormatinya, maka dia adalah ahli bid'ah. Jika seseorang memujinya, maka dia termasuk ahli bid'ah. Ini menjadi tanda bahwa siapa pun yang memuliakan Ibnu Taimiyah dianggap bagian dari ahli bid'ah.
Dr. Yusri Jabr bahkan menyebut Ibnu Taimiyah sebagai "Syaikh kesesatan."
Dia juga mengatakan bahwa siapa pun yang menyebut Ibnu Taimiyah sebagai Syaikhul Islam adalah kafir.
Pendapat seperti ini merupakan bentuk intimidasi intelektual yang digunakan terhadap siapa saja yang memuji atau mengutip pendapat Ibnu Taimiyah.
Pendekatan seperti ini bukanlah hal baru.
Ada sebuah kisah menarik yang menunjukkan bahwa metode seperti ini sudah ada sebelumnya.
Kami akan menceritakan sebuah cerita yang relevan.
Dahulu, ada seorang ulama bernama Al-'Ala' Al-Bukhari Al-Hanafi, seorang ulama yang sangat alim. Ia pernah tinggal di Mesir sebelum pindah ke Syam.
Ketika di Syam, ia mulai mengajar dan menjawab pertanyaan tentang pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Namun, beberapa muridnya adalah orang-orang yang membenci Ibnu Taimiyah.
Hal ini menjadi masalah besar, karena murid seperti itu dapat mempengaruhi seorang guru.
Al-'Ala' Al-Bukhari mulai membantah pendapat Ibnu Taimiyah, lalu meningkat menjadi penilaian bid'ah, dan akhirnya sampai pada tahap mengkafirkan Ibnu Taimiyah.
Bahkan, ia mengatakan bahwa siapa saja yang menyebut Ibnu Taimiyah sebagai Syaikhul Islam juga adalah kafir.
Pandangan ini memicu konflik di Syam antara para penuntut ilmu ilmu dan penduduk setempat.
Bantahan terhadap Ala' al-Bukhari
Ala' al-Bukhari adalah seorang ulama Hanafi yang lahir di Iran (779 H) dan wafat di Damaskus (841 H). Ia dikenal sangat fanatik terhadap mazhabnya, emosional, serta sering terlibat dalam perdebatan keras.
Setelah tiba di Damaskus, ia merasa terganggu dengan penghormatan masyarakat terhadap Ibn Taymiyyah, sehingga melontarkan tuduhan ekstrem: "Barang siapa menyebut Ibn Taymiyyah sebagai Syaikhul Islam, maka ia kafir." Tuduhan ini dijawab oleh seorang ulama besar bernama Ibnu Nashir Ad-Din Ad-Dimasyqi (w. 842 H) tampil untuk menyelesaikan masalah ini.
Ia menulis sebuah buku berjudul "Ar-Raddul Waafir ‘Ala Man Za’ama Anna Man Sammā Ibnu Taimiyyah Syaikhul Islam Kafir" (Bantahan Lengkap atas Orang yang Mengklaim bahwa yang Menyebut Ibnu Taimiyah sebagai Syaikhul Islam adalah Kafir).
Buku ini sangat cerdas. Dalam buku tersebut, Ibnu Nashir Ad-Din Ad-Dimasyqi membahas tentang sunnah, pentingnya menjauhi bid'ah, dan memberikan biografi Ibnu Taimiyah.
Selain itu, ia mengumpulkan lebih dari 80 testimoni dari ulama berbagai mazhab, baik yang sepakat maupun yang tidak sepakat dengan Ibnu Taimiyah, yang mengakui beliau sebagai Syaikhul Islam.
Buku ini menyebar luas, mulai dari Syam hingga Mesir, dan mendapat pujian dari para ulama, termasuk Ibnu Hajar Al-Asqalani, yang menulis pendahuluan yang sangat mendalam untuk buku ini.
Meskipun Ibnu Hajar berbeda pandangan dengan Ibnu Taimiyah dalam beberapa hal, ia tetap memuji keilmuan Ibnu Taimiyah sebagai sosok yang luar biasa.
Namun, Al-'Ala' Al-Bukhari menolak buku ini dan tetap kekeuh pada pendiriannya. Bahkan, menulis surat kepada Sultan Mesir untuk memfitnah para pengikut Ibn Taymiyyah.
Sultan yang menerima laporan itu hanya memberikan jawaban singkat, meminta Al-'Ala' untuk berhenti memprovokasi dan membiarkan perbedaan pendapat berjalan tanpa konflik.
Fitnah Al-'Ala' Al-Bukhari akhirnya terungkap, dan masyarakat semakin menjauhinya hingga ia wafat dalam kondisi diasingkan.
Hingga hari ini, buku "Ar-Raddul Waafir" tetap menjadi bukti keadilan para ulama terhadap tokoh seperti Ibnu Taimiyah.
Sebaliknya, nama Al-'Ala' Al-Bukhari hampir terlupakan, sementara Ibnu Taimiyah terus dikenang oleh dunia Islam melalui ilmu dan karya-karyanya.
Allahu akbar.
Poin penting dari kisah ini:
1. Seorang murid bisa saja mempengaruhi gurunya. Maka, berhati-hati dalam menerima maklumat.
2. Keadilan akan tetap ditegakkan di tengah-tengah manusia.
3. Jangan merendahkan para ulama.
4. Jangan menuduh orang-orang alim dengan tuduhan yang dusta.
5. Nama Syaikhul Islam tetap harum semerbak hingga kini, ini menunjukkan kebenaran Al-Haq akan selalu Allah menangkan sedangkan kebathilan lambat laun akan redup.
__
Batam
Kamis, 2 Rajab 1446 H / 1 Januari 2025 M
Andre Satya Winatra
Silahkan ikuti kami di link berikut:
🌎 *Blog:* https://catatanandresatyawinatra.blogspot.com/?m=1
📥 *Catatan Telegram:*
https://t.me/catatanAndreSatyaWinatra
✉️ *Saluran Whatsapp:*
https://whatsapp.com/channel/0029VawEBXA5K3zVFQBwds0i